Jumat, 29 Agustus 2014

Fakta tentang dua air laut yang terpisah

Penemuan dua air laut yang berbeda
 
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”­ (Q.S. Ar-Rahman:19-20­)

Subhanallah, Maha Besar Allah Yang Maha Agung. Ternyata air laut yang tidak bercampur itu benar-benar ada. Saya sudah sering membaca ayat tersebut, tapi masih belum tahu di mana gerangan air laut yang tidak pernah bercampur itu. Ayat lain yang menceritakan fenomena yang sama terdapat pada Surat Al-Furqan ayat 53 yang berbunyi:
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S. Al-Furqaan:53)
Dua lautan yang tidak bercampur itu terletak di Selat Gibraltar, selat yang memisahkan benua Afrika dan Eropa, tepatnya antara negera Maroko dan Spanyol (Sumber foto dari sini dan sini).
Selat Gibraltar (Jabal Tariq)
Selat Gibraltar dari satelit
Dari hasil googling saya di internet, saya menemukan penjelasan ilmiah tentang laut tersebut. Berikut hasil kutipan saya saya dari berbagai sumber di internet:
Arus Selat Gibraltar memang sangat besar di bagian bawahnya. Hal ini dikarenakan perbedaan suhu, kadar garam, dan kerapatan air (density)nya. Air laut di Laut Tengah (Mediterania) memiliki kerapatan dan kadar garam yang lebih tinggi dari air laut yang ada di Samudera Atlantik. Menurut sifatnya, air akan bergerak dari kerapatan tinggi ke daerah dengan kerapatan air yang lebih rendah. Sehingga arus di selat Gibraltar bergerak ke barat, menuju Samudera Atlantik. Lalu apakah air ini akan bercampur dengan air di Samudera Atlantik?
TIDAK!. Lho?? Ternyata ketika air laut dari Laut Tengah menuju Samudera Atlantik, mereka tidak mencampur. Seakan ada sekat yang memisahkan kedua jenis air ini. Bahkan batas antara kedua air dari dua buah laut ini sangat jelas. Air laut dari Samudera Atlantik berwarna biru lebih cerah. Sedangkan air laut dari Laut Tengah berwarna lebih gelap. Inilah keajaiban alam. Tidak hanya itu yang aneh dari perilaku dari kedua air laut ini. Ternyarta, air laut dari laut Tengah yang tidak mau bercampur dengan air laut dari Samudera Atlantik ini menyusup dibawah air laut yang berasal dari Samudera Atlantik. Air dari Laut Tengah ini menyusup di bawah air dari Samudera Atlantik di bawah kedalaman 1000 meter dari permukaan Samudera Atlantik.
Sumber: http://archive.kaskus.us/thread/3726437
Penjelasan lain secara ilmiah dikutip dari blog ini.
Bagaimana bisa terjadi?
Ceriteranya begini. Air laut dari Lautan Atlantik memasuki Laut Mediterania atau laut Tengah melalui Selat Gibraltar. Keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda. Suhu air berbeda. Kadar garam nya berbeda. Kerapatan air (density) airpun berbeda. Waktu kedua air itu bertemu di Selat Gibraltar, karakter air dari masing-masing laut tidak berubah. Dari atas ferry yang kami naiki, masih bisa terlihat dengan jelas mana air yang berasal dari Lautan Atlantik, dan mana air yang berasal dari laut tengah atau laut Mediterania. Kalau dipikir secara logika, pasti bercampur, nyatanya tidak bercampur. Kedua air laut itu membutuhkan waktu lama untuk bercampur, agar karakteristik air melebur. Penguapan air yang di Laut Mediterania sangat besar, sedang air dari sungai yang bermuara di Laut Mediterania berkurang sekali. Itulah sebabnya air Lautan Atlantik mengalir deras ke Laut Mediterania.
Arus air alut di Selat Gibraltar
Sifat lautan ketika bertemu, menurut modern science, tidak bisa bercampur satu sama lain. Hal ini telah dijelaskan oleh para ahli kelautan. Dikarenakan adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah kedua air dari lautan tidak becampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka.
Air laut Mediteranian, yang berwarna biru tua, menyusup sampai kedalaman 1000 m dari permukaan laut, di lautan Atlantik, dan terus masuk sejauh ratusan km di lautan Atlantik dan tetap tidak berubah karakteristiknya. Subhannallah.. Al-Quran sudah menyebutkan fenomena ini 15 abad yang lalu, dan ilmu pengetahuan modern mengungkapkannya pada abad 20.

Salah satu fakta ilmiah yang tidak bisa kita tutupi dibuktikan Surat Ar-Rahman dimana di dalamnya Tuhan berulangkali menjelaskan “Maka, nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan?
 (sumber :  http://gsumariyono.wordpress.com)

Kamis, 07 Agustus 2014

Ditemukannya Planet Lain Yang Layak Huni

Ditemukan! Planet Lain yang Bisa Menopang Kehidupan

antariksa 

 

California - Manusia terus mencari tahu, apakah hanya Bumi yang kita tinggali yang menopang kehidupan. Langit dipindai, untuk mencari kembaran planet ini. Dan kini, untuk kali pertamanya, para ilmuwan menemukan planet alien seukuran Bumi di zona habitasi dari bintangnya. 'Sepupu Bumi' itu mungkin mengandung air dan kondisi tepat untuk menopang kehidupan.

Planet yang baru ditemukan itu, yang dinamakan Kepler-186f, kali pertama diketahui keberadaannya oleh teleskop luar angkasa Kepler milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Ia diketahui mengorbit bintang merah yang bersinar redup, yang jaraknya 490 tahun cahaya dari Bumi.

Bintang tersebut lebih redup dari Matahari. Namun, Kepler-186f ukurannya lebih besar dari Bumi. Dari posisi dan ukurannya, ia bisa jadi memiliki air di permukaannya.

"Apa yang selama ini kita cari adalah kembaran Bumi -- planet seukuran Bumi yang berada di zona habitasi sebuah bintang serupa Matahari," kata Tom Barclay, ilmuwan Kepler sekaligus salah satu penulis riset eksoplanet terbaru,SPACE.com,. "Kepler-186f adalah planet seukuran Bumi di zona habitasi sebuah bintang yang lebih dingin dari Matahari. Jadi, kalaupun ia bukan 'kembaran Bumi', mungkin dia adalah 'sepupu Bumi'.  Punya karakteristik serupa, hanya orangtuanya yang berbeda.


Para ilmuwan menduga, Kepler-186f -- yang terluar dari 5 planet yang mengorbit bintang Kepler-186 dalam jarak 52,4 kilometer secara teoritis berada dalam zona habitasi bintang merah kerdil itu.

Sementara, orbit Bumi dari Matahari berjarak rata-rata 150 juta kilometer. Namun, Matahari lebih besar dan terang dari bintang Kepler-186. Itu mengapa zona layak huni Matahari lebih jauh: di mana Bumi berada.

"Ini adalah planet seukuran Bumi secara definitif yang ditemukan di zona habitasi di sekitar bintang yang lain," kata Elisa Quintana, dari SETI Institute dan Ames Research Center NASA, sekaligus pemimpin studi.

Sebelumnya, sejumlah planet lain, dengan ukuran beragam ditemukan dalam zona layak huni dari bintangnya masing-masing. Namun, Kepler-186f adalah planet alien yang ukurannya amat mirip dengan Bumi dan mengorbit di area yang berpotensi menopang kehidupan di sebuah sistem ekstrasolar -- di luar tata surya.

'Ini adalah temuan bersejarah, sebuah planet yang ukurannya mirip Bumi ditemukan di zona layak huni di sekitar bintangnya," kata Geoff Marcy, astronom University of California, Berkeley, yang tak terlibat dalam riset. "Ini adalah kasus temuan planet 'layak huni' terbaik selama ini."

Jari-jari Kepler-186f  diperkirakan sekitar 1,1 kali jari-jari Bumi. Itu berarti ukurannya lebih besar dari planet manusia. Mungkin berbatu seperti Bumi. Namun, para ilmuwan belum bisa memastikan, apa elemen yang membentuk atmosfer planet tersebut -- elemen kunci yang dapat membantu para ilmuwan memahami apakah planet ini bisa dihuni makhluk hidup. 

antariksa

Mengapa mencari planet yang ukuran serupa dengan Bumi menjadi penting?
"Apa yang kita pelajari, dalam beberapa tahun terakhir, adalah ada transisi pasti yang terjadi sekitar 1,5 jari-jari bumi," kata Quintana dalam sebuah pernyataan. "Jika sebuah planet memiliki jari-jari 1,5 sampai 2 kali jari-jari Bumi, ia menjadi cukup besar untuk mulai menumpuk hidrogen sangat tebal dan memiliki atmosfer helium -- sehingga mulai menyerupai gumpalan gas raksasa."

Kepler-186f sebenarnya terletak di tepi zona layak huni bintang Kepler-186, itu berarti cairan yang berada dalam permukaannya bisa membeku. Demikian studi yang dilakukan Stephen Kane dari San Francisco State University.

Namun, karena ukurannya yang besar, ia bisa jadi memiliki atmosfer lebih tebal, yang akan melindungi planet dan berpotensi menyimpan air dalam bentuk cair.

"Kepler-186f mengelilingi bintangnya (berevolusi) selama lebih dari 130 hari. Namun, karena ukuran bintangnya lebih kecil dari Matahari, planet ini mengorbit sedikit lebih dalam dalam --mungkin pada orbit Merkurius di tata surya kita," kata Barclay.

Dan karena menerima energi yang lebih kecil dari yang diterima Bumi, "Jika Anda berada di Kepler-186f, tak seperti Matahari yang menyengat, bintangnya terlihat lebih redup," imbuhnya.

Lalu, apakah ada makhluk hidup yang ada di Kepler-186f? Belum bisa dipastikan. Teknologi yang kita miliki saat ini belum bisa menjangkaunya.